Tentang blog ini

Blog ini berisi Tools, indicator, Info2 yang penting untuk seorang trader forex,
jadi daripada bingung nyari2 di website lain atau bookmark banyak2, terciptalah blog ini, maka itu sebagian besar adalah copy paste yang saya tulis juga sumbernya biar ga menyalahi hak cipta. Akhir kata, SEMOGA BERMANFAAT. HAPPY TRADING.

Rabu, 14 Oktober 2015

Tips Investasi: Karena Dalam Jangka Panjang, Kita Semua Mati


Tips Investasi: Karena Dalam Jangka Panjang, Kita Semua Mati

   By: Aisha   View: 180    Investasi  Share This

Banyak orang yang menyarankan investasi jangka panjang sebagai formula ajaib untuk meraih kebebasan finansial. Padahal, ini bisa jadi nasehat yang menyesatkan. Kenapa? karena dalam jangka panjang, kita semua akan mati. Masalah utama dengan praktek investasi jangka panjang 'beli lalu pegang terus' adalah: kita bisa jadi gagal menikmati profit yang diharapkan karena umur kita terbatas.
Investasi Jangka Panjang - ilustrasi

Hidup Hingga 122 Tahun

Sebuah kisah nyata dari buku "Gents With No Cents" menyoroti ketidakpastian investasi jangka panjang ini.
"Mari berkenalan dengan Jeanne Louise Calment. Ia lahir di Arles, Perancis, pada 21 Februari 1875. Pada 1965, ketika ia berumur 90 tahun, ia menilai bahwa itu adalah waktunya untuk pensiun dan mencairkan investasinya. Jadi Calment menjual apartemennya kepada pengacaranya, Francois Raffray. Bagi Raffray yang baru berumur 47 tahun, jual beli itu dipandang menguntungkan. Itu adalah investasi jangka panjang ideal yang tentunya akan menghasilkan profit. Ia setuju untuk membayar cicilan bulanan pada Calment hingga ia meninggal. Sebagaimana 99.9 persen investor jangka panjang lainnya, Raffray sudah menganalisa, memproyeksikan, dan menganalisa ulang profit yang belum diperolehnya, karena menganggap bahwa waktu ada di pihaknya."
"10 tahun berlalu, tahun 1975 tiba, dan Calment masih hidup. Raffray pun terpaksa harus terus membayarnya. Investasi jangka panjangnya belum juga berbuah, tetapi ia yakin segera akan menuai hasil. Sementara itu, ia terus menganalisa, memproyeksi, dan menganalisa keuntungan yang akan didapatnya di masa depan."
"Hingga akhirnya tahun 1985 tiba, dan secara mengejutkan Calment bukan cuma masih hidup, melainkan juga melakukan segala hal yang orang berumur 110 tahun tidak bisa melakukannya!. Ia bermain anggar, memasak, bersepeda. Dan Raffray pun harus terus membayar cicilan pada Calment."
"Ketika 10 tahun lagi berlalu dan 1995 tiba, Calment masih hidup, mementahkan statistik mortalitas, dan mengacuhkan malaikat maut. Kemudian 'permainan investasi jangka panjang' itu tiba-tiba terhenti ketika Raffray meninggal karena kanker pada umur 77, meninggalkan jandanya untuk terus membayar cicilan hingga Calment akhirnya meninggal 20 bulan kemudian."
Ekonom tenar JM Keynes pernah mengakui keterbatasan perencanaan jangka panjang dengan mengatakan, "Dalam jangka panjang, kita semua mati". Sepintas, menanamkan modal dengan target beberapa tahun atau puluh tahun ke depan mungkin kelihatan mapan, tetapi sejatinya investasi jangka panjang penuh dengan ketidakpastian. Kita bisa saja beruntung berumur panjang hingga 122 tahun seperti Calment, tetapi kita juga bisa saja tak punya cukup waktu untuk memanen hasilnya. Menunggu beberapa dekade untuk meraup profit jelas berisiko tinggi.

Awas Volatilitas

Banyak yang salah kaprah, menganggap investasi jangka panjang akan terlindung dari jatuh-bangunnya harga yang dialami trader dan investor jangka pendek. Namun, investasi jangka panjang juga bukan pelindung aset dari volatilitas. Ambil contoh investasi saham. Dengan harapan saham yang dipegang lama-lama makin menjulang harganya, maka menumpuk terus lembar demi lembar saham. Tanpa memperhitungkan kalau pasar bisa saja crash, perusahaan bisa saja gulung tikar.
Volatilitas, atau naik-turunnya harga aset di pasar finansial, bisa membuat investor susah untuk mencairkan dananya. Jika di tengah-tengah krisis tiba-tiba kita perlu menjual saham-saham itu, maka jarang ada yang mau membelinya; atau jikalaupun terbeli maka kita mesti menanggung rugi. Jadi meskipun investasi jangka panjang mengurangi risiko kita mengalami rugi, tetapi tidak lantas berarti kita 100 persen aman.
Ketidak-amanan ini menjadi dobel kalau kita pertimbangkan investasi tanah atau properti yang relatif jauh lebih susah lagi dijual ketimbang aset finansial. Inilah kenapa pandangan nenek moyang kita yang membeli tanah banyak-banyak kini dianggap sudah ketinggalan jaman.
Yang terpenting di hari tua adalah berapa banyak uang yang sudah kita kumpulkan untuk pensiun, BUKAN berapa banyak uang yang masih ada di tangan. Dalam hal ini, maka strategi yang perlu diterapkan adalah merencanakan investasi yang terdiversifikasi sesuai dengan seberapa besar risiko yang mampu kita tanggung. Intinya, jangan menyerahkan uang pensiun kita pada satu jenis aset saja, dan selalu kenali kapan waktu yang paling strategis untuk beli dan jual. Karenanya, tidak ada salahnya untuk membeli Emas sembari jugabertrading forex. Atau bertrading forex, tetapi jugamenanamkan dana di pasar saham dan jual-beli properti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar